Penulis Berita F.X. Domini B.B. Hera
Iksaka Banu, sastrawan yang memiliki latar belakang profesi di bidang periklanan telah menelurkan buku kumpulan cerita pendek Semua untuk Hindia (2014, cetakan kedua 2018) dan novel Sang Raja (2017). Kedua buku yang diterbitkan oleh Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) itu mendapatkan sambutan yang hangat di dunia kesusastraan. Buku pertama diganjar dengan penghargaan ‘Kusala Sastra Khatulistiwa’ (2014) dan membawa Iksaka Banu hingga ke Negeri Belanda yang menyambut meriah karyanya di Pasar Tong Tong, Den Haag (2015). Kunjungannya ke Kota Malang selama dua hari (23-25 April 2018) guna membincangkan karya-karya sastranya di sejumlah universitas, kafe, dan sekolah menengah atas berlangsung dengan penuh dinamika kehangatan.


Melihat kesempatan tersebut, Jurusan Komunikasi FISIP Universitas Brawijaya melalui Dosen Megasari N. Fatanti meminta Iksaka Banu untuk memberi pengalamannya di dunia periklanan pada Selasa, 24 April 2018 pukul 08.00-10.00 WIB. Sempat tak mau karena merasa pengalamannya terasa sudah lampau dengan kecepatan dinamika dunia periklanan digital hari ini. Pada akhirnya Iksaka Banu mengiyakan tawaran itu. “Untung di dalam laptop masih tersimpan portofolio saya sebagai ‘Pengarah Seni’ di sejumlah biro iklan.”, ungkap pria kelahiran Yogya, 53 tahun silam ini. Berbekal bahan-bahan tersebut, topik kuliah tamu berjudul ‘Advertising 1990-2008‘.


Iksaka Banu mengaku cukup terkejut mengingat tidak banyak forum memanggilnya untuk membicarakan dunia periklanan. Selama ini undangan justru datang baginya guna membicarakan dunia kepenulisan dan kesusastraan. “Saya membagikan pengalaman suka-duka di dunia iklan yang saya geluti sejak 1990-2008. Sejak masih membuat lay out dengan spidol marker, rapido, pisau x-acto, huruf gosok, phototype setting, air brush, hingga perkenalan pertama dengan komputer.”, ucap Iksaka Banu yang memberi kuliah tamu selama dua jam. Iksaka Banu tidak hanya menunjukkan gambar demi gambar iklan dalam media cetak yang ia garap, melainkan memutar beberapa video iklan produk-produk terkenal yang pernah ia tangani selama aktif di agen periklanan.


Satu hal yang pasti, pengalaman panjangnya di dunia periklanan memberikan ia kemampuan mengolah durasi dan periodesasi dalam proses kreatifnya. Bagaimana meramu keunggulan dan hal menarik dalam sebuah produk dalam sebuah iklan berdurasi kurang 10 detik. Demikian pula kemampuan ini ia terapkan dalam proses kreatifnya dalam dunia sastra untuk memadatkan dan menyusun cerita secara jitu. Iksaka Banu sebelumnya pernah membagikan pengalamannya di dunia periklanan untuk Jurusan Komunikasi, Universitas Indonesia.

“Syukurlah para mahasiswa-mahasiswi, yang awalnya saya pikir akan jatuh tertidur karena bosan, ternyata justru banyak tertawa. Senang mendengar cerita aneh yang saya bawakan. Apalagi di bagian-bagian paling tragis. Misalnya, ketika semua yang sudah kita rencanakan susah payah dengan ketelitian tingkat dewa, bisa saja berantakan oleh sabda Yang Mahakuasa bernama: Klien.”, demikian Iksaka Banu menutup kesannya dalam kuliah tamu, di mana sang sastrawan mendadak menjadi dosen periklanan.
